Tuesday, June 15, 2010

Aku memang pelacur

Sudah beberapa hari ini aku nggak ngisi diary ini. Memang aku sengaja untuk menenangkan pikiranku.

Sepertinya aku memang ditakdirkan untuk jadi pelacur, sementara ingatanku melayani Anton untuk mengganti uang kantorku belum hilang, empat hari aku tiba-tiba dipanggil Mbak Netta.

"Indah, sorry ya aku harus berterus terang sama kamu"
"Kenapa Mbak?"
"Aku langsung aja to the point deh, begini... kantor kita sedang mengalami kesulitan karena kurangnya order yang masuk. Karena itu kita harus melakukan pengurangan karyawan, dimulai dari karyawan kontrak dulu..."
Aku tidak lagi perhatian pada perkataan Mbak Netta, kepalaku seperti melayang. Aku bakal kena PHK karena status kerjaku masih kontrak. Berarti aku harus cari kerja lagi, padahal minggu ini aku harus membayar uang kost.

Sorenya aku telepon Joe lagi. Kujelaskan kondisiku sekarang, kelihatannya Joe mau membantuku lagi.
"Oke deh In, ntar aku cariin lagi kalau ada yang tertarik sama kamu ya...", janjinya.

Keesokan harinya pagi-pagi Joe menelponku,"Pagi Indah..."
"Pagi Joe, ada apa?"
"Aku punya pelanggan untuk kamu, kebetulan dia orang daerah yang sedang ada rapat di Jakarta. Dia sobat lamaku, yang bekerja di Kalimantan. Supaya teman-teman sekantornya tidak curiga, dia minta tolong dicarikan orang yang kelihatan sopan dan rapi agar bisa diakui sebagai keponakannya."
"Mengenai pembayarannya?"
"Dia sudah transfer ke aku, nanti aku transfer ke rekeningmu ya. Jumlahnya 2 juta."
Aku sempat bimbang, tetapi kebutuhanku sudah mendesak jadi aku tidak ada pilihan lain.
"Ok, jadi gimana ketemunya?"
Joe memberikan penjelasan. Aku harus membawa bungkusan seperti oleh-oleh yang akan dititipkan ibuku kepada orang itu. Aku harus menemuinya saat makan siang di sebuah hotel di kawasan kemayoran.

Aku segera bersiap, kali ini aku mengenakan blus pink dengan rok kembang-kembang tipis, dengan Jilbab pink. Wajahku kurias sesederhana mungkin tetapi tetap menarik dan ceria. Aku tidak ingin terlalu menyolok tetapi ingin memuaskan pelangganku juga. Sewaktu pergi aku tidak lupa membeli sekeranjang salak, untuk dititipkan.

Sesampainya di hotel tersebut, aku segera menemui resepsionis untuk menemui Rusdi.
"Siang Mas, saya ingin bertemu Pak Rusdi. Beliau dari Kalimantan yang sedang rapat disini"
"Sebentar ya Mbak, saya cek dulu...", kata resepsionis

Setelah ditelepon aku disuruh menunggu di Lobby. Tak berapa lama kemudian datang seorang lelaki, berumur sekitar 35 tahunan bersama beberapa orang lainnya. Kelihatannya mereka adalah rekan sekantor Rusdi.
"Halo Indah, apa kabar...", Rusdi berpura-pura menyambutku hangat
"Baik Om...", aku mencium tangan kemudian cipika-cipiki. Supaya tidak curiga, Joe menyarankan kami melakukan ini.
Setelah dikenalkan dengan teman-teman sekantor Rusdi, aku diberi kunci kamar dan disuruh menunggu disana.
"Oleh-olehnya disimpan di kamar aja ya, kamu tunggu disana sebentar, aku nanti menyusul. Ada titipan untuk ibumu", kata Rusdi.

Rupanya sandiwara kami berjalan baik, tak seorangpun teman-teman Rusdi curiga, termasuk 2 rekan wanitanya. Aku segera naik lift dan masuk ke dalam kamar.

Sesampainya di kamar, aku meletakkan bungkusan salak di pojok ruangan. Mataku menatap berkeliling. Rupanya Rusdi orangnya rapi dan apik. Kulihat tas kerjanya diletakkan rapi di meja di samping laptopnya. Sementara koran tadi pagi yang telah dibaca, dilipat rapi kembali. Aku menarik nafas dalam-dalam. Ini kali kedua aku harus menjadi pelacur...aku harus melayani orang yang bahkan belum pernah aku kenal sebelumnya...

Aku membuka celana dalamku, tetapi BH, rok, blus dan Jilbabku tetap kupakai. Aku mengoleskan jelly ke dalam vaginaku. Hal ini aku lakukan agar jika penis Rusdi masuk vaginaku, tidak terasa sakit.

Tak berapa lama kemudian Rusdi masuk kamar. Aku segera menyambutnya. Rupanya Rusdipun sudah tidak sabar lagi, kami segera berciuman dan berpagutan. Kubuka pakaian Rusdi dan kubawa ke tempat tidur. Kuciumi penisnya yang mulai tegang, sementara jemari Rusdi membelai paha dan pantatku.
"Indah, kamu begitu cantik dan manis... aku ingin merasakan diri dan dekapanmu...", pinta Rusdi.
Aku tidak menjawab, melainkan menyibakkan sedikit rokku, kemudian aku naik ke atas tubuh Rusdi. Aku arahkan penisnya menuju vaginaku dan tanpa menunggu lagi segera kugerakkan pinggulku...
"Oh, Indah....enak...enak sekali..."
Aku merasakan penisnya semakin menegang dalam vaginaku. Semakin cepat aku bergoyang, dan tak berapa lama kemudian Rusdi memintaku doggy style. Penisnya menusuk dari belakangku...tapi aku tidak merasakan kenikmatan sama sekali. Sepetinya ini hanya sekedar tugas tanpa menggunakan perasaanku.
Setelah itu Rusdi menaikiku. Aku hanya menaikkan rok depanku agar vaginaku terlihat dan bisa dimasuki penisnya. Rusdi menggerakkan pinggulnya penuh nafsu, aku kemudian melingkarkan kakiku ke badannya. Aku mencoba menikmati hubungan seks ini tetapi tidak bisa... di kepalaku hanya ada aku perlu bayar kost...
Tak berapa lama kemudian penis Rusdi mengeluarkan spermanya dalam vaginaku, croot...crooot...croooootttt.... Aku bisa merasakan cairan hangat mengalir dalam vaginaku. Rusdi memelukku erat dan menciumi bibirku dengan gemas.

"Terima kasih, Indah. Barusan enak sekali. Aku tidak pernah membayangkan bercinta dengan gadis berjilbab sepertimu dan melakukan hubungan seks dengan gadis yang masih mengenakan jilbab..."
"Sama-sama Om... Sini saya bersihin penisnya..."
Aku menjilati penis Rusdi, setelah itu kulap dengan tissue. Pada saat aku bangkit dan akan mengenakan celana dalamku Rusdi memegang tanganku.
"Jangan dulu, ada temanku yang ingin mencicipimu juga..."
"Tapi Om..."
"Aku tambah 1 juta lagi kalau kamu mau melayaninya juga"
Hati kecilku mengatakan tidak, tetapi rasionalku mengatakan aku perlu uang itu. Akhirnya aku menyetujui,"Ok Om, dimana kamarnya..."
"Dia sudah menunggu, aku suruh dia kesini...", Rusdi mengangkat telepon. Kemudian dia bergegas memakai pakaiannya.

Tidak sampai lima menit pintu diketuk, Rusdi membukakan pintu dan masuklah sepasang suami istri.
"Indah, ini Om Jafar dan istrinya Meity..."
Aku agak kaget, kenapa istrinya ikut? Bukankah aku harus melayani suaminya?
Kuperhatikan istrinya, orangnya mungil, tinggi sekitar 150 cm, kulit putih bersih, wajah cantik dan manis. Aku tak habis pikir, kenapa suaminya tidak puas dengan istrinya. Dia mengenakan kaus lengan panjang berwarna biru muda, dengan celana jeans dan juga jilbab biru muda.
"Ayo Ty, buka bajumu...", kata Jafar.
Meity nampaknya ragu, tetapi Jafar malah membuka retsleting celananya dan menarik sekaligus dengan celana dalamnya sampai ke mata kaki. Mety nanpak malu sekali dan berusaha menutupi vaginanya dengan kedua tangannya. Rupoanya vagina Meity dicukur bersih, tak tampak sehelaipun rambut kemaluannya.
"Sudah nggak usah malu-malu, anggap saja Rusdi ini aku..."
Meity kemudian ditelanjangi oleh Jafar. Dia kemudian mendorong Meity ke hadapan Rusdi. Rusdi kemudian mulai memeluk dan menciumi Meity.
Aku tidak sempat memperhatikan mereka selanjutnya, karena Jafar segera menghampiriku dan mulai mencumbuiku.
Aku tidak perlu berpanjang lebar, yang jelas kami melakukan apa yang disebut Swinger. Aku dengan jafar, sementara Meity istri Jafar dengan Rusdi. Aku sendiri seperti sedang menonton sebuah pertunjukan film BF. Hanya saja aku sebagai pemerannya sendiri.
Setelah masing-masing pasangan puas melakukannya, Jafar kemudian kembali menindih Meity. Rupanya Jafar ini seorang hiperseks, kelihatannya dia tidak puas sudah menggauliku. Dia tidak ragu-ragu menggauli istrinya di depan kami. Padahal sudah jelas kelihatan Meity sudah kepayahan melayani Rusdi sebelumnya.

Baru menjelang Maghrib aku bisa pulang. Uang 1 juta ditangan, ditambah transfer 2 jtua dari Joe mestinya cukup untuk membayar kost dan makan hampir 1 bulan.

Aku sekarang masih merenungkan apa yang sudah aku kerjakan. Aku menjadi seorang pelacur... apapun alasannya, sudah 2 kali ini aku melacurkan diriku. Dan apa artinya jilbab penutup kepalaku ini....

Aku bimbang...

Wednesday, June 2, 2010

Aku menjadi pelacur!!!

Andi sudah menjadi masa laluku. Aku tidak lagi menanggapi teleponnya, aku menganggap dia sudah tidak ada lagi di muka bumi ini. Aku benci dia...

Aku juga lagi punya masalah keuangan, Senin kemarin aku dititipi uang pembayaran kantorku. Sekalian makan siang, aku bawa uang dalam amplop itu. Entah bagai mana ceritanya, sewaktu sampai di Bank, amplop itu tidak ada. Aku panik, aku coba kembali ke restoran tempat aku makan ternyata juga tidak ada. Sepuluh Juta Rupiah!! Bukan jumlah yang sedikit buatku. Sementara tabunganku tidak sampai separuhnya...

Dalam situasi kalut, tiba-tiba Joe, telepon aku. Rupanya Andi memberikan nomer Hpku padanya. Dia mengajakku bertemu, aku sempat menolak, kujawab aku sedang pusing. Rupanya dia mencoba bersimpati padaku, dan bertanya apa masalahnya.

"Kenapa, Indah... ada yang bisa aku bantu?"
"Aku menghilangkan uang kantor...10 juta...aku bingung, karena musti mengganti segera..."
Joe terdiam sebentar, lalu berkata,"Aku coba bantu deh, kamu sore ini bisa ketemu aku?"
"Maksudmu?", aku jadi curiga.
"Begini, aku bisa bantu kamu tapi kalau segitu aku nggak bisa"
"Trus...?"
"Aku punya temen yang bisa bantu, tapi kamu juga harus bantu aku"
"Bantu gimana?"
"Pokoknya kita ketemu dulu deh nanti sore di lobby hotel ....", Joe menyebut sebuah hotel di kawasan Slipi.
"Ok, sampai nanti..."

Aku bingung, kalut dan takut, Mbak Netta memanggilku. Aku coba jelaskan semuanya, tetapi posisiku memang terpojok. Mbak Netta juga tidak bisa membantu, dan aku harus mengganti dalam tempo 1 minggu.

Sorenya aku datang menemui Joe. Dia sudah menungguku disana.

"Apa kabar Indah", Joe menyapaku ramah.
"Kurang menyenangkan Joe, aku lagi kalut nih...", jawabku.
"Ok, aku mengerti. Aku coba bantu kamu sekarang. Ini ada uang 5 juta dariku. Ambil saja", katanya sambil menyerahkan sebuah amplop.
"Joe, aku nggak bisa bayak kembali uang ini, kamu nanti gimana... Lagian masih kurang 5 juta..", jawabku pelan.
"Nah itulah yang mau aku bantu. Seperti yang aku bilang tadi aku punya temen yang bisa bantu... tapi kamu juga harus bantu aku"
"Bantu gimana... apa yang bisa aku lakukan?"

Joe sepertinya agak ragu dan diam sebentar, lalu dia berkata,"Begini Indah, aku bukan bermaksud menjerumuskan kamu seperti Andi. Kamu orangnya baik, cantik, putih. Dan apa yang aku lakukan kemarin terhadapmu karena aku belum kenal kamu. Aku pikir kamu sama saja seperti cewek-cewek panggilan yang lain"
"Andi memang jahat, brengsek!!!", makiku
"Iya, tapi aku harus bicara apa adanya In, temen aku ini pengen mendapatkan servis kamu, seperti yang sudah aku rasakan..."
"Maksudmu? Aku harus melayani dia di tempat tidur?"
"Aku tahu kamu gadis baik-baik, terbukti kamu juga berjilbab. Tapi kamu tau dong, tidak ada yang gratis di dunia ini. Ini yang bisa aku lakukan. Kalau kamu nggak setuju nggak apa-apa, tapi aku nggak bisa bantu lebih banyak lagi..."

Aku terdiam. Selama ini aku memang melakukan banyak hubungan seks dengan lelaki. Tetapi sebelum dengan Andi, aku melakukannya dengan sukarela, bukan karena uang. Andi yang menipuku, Andi yang menjerumuskanku...

"Gimana Indah, kamu setuju. Kalau kamu setuju aku telepon dia, dia ada di kamar .....", kata Joe sambil menyebut sebuah nomor.

Aku bimbang, takut, malu tapi aku perlu uang itu....
Aku memandang Joe, wajahnya tampak tulus. Matanya tajam menatapku, menunggu keputusanku...

"Baiklah Joe, aku tidak punya pilihan lain", akhirnya aku setuju.
"Ok, aku telepon dia ya"

Joe mengambil HPnya dan menelepon. Setelah itu dia mengajakku naik ke kamar yang dituju.

Sesampainya di depan kamar, Joe mengatakan,"Indah, dia bisa bayar sisanya, 5 juta lagi. Aku cuma mengantar sampai disini. Tapi pesanku, baik-baiklah dengan dia, ini pertama kalinya dia melakukan hal ini. Puaskanlah dia...", lalu Joe meninggalkanku.

Aku sendiri termanggu di depan pintu. Kulihat Joe telah menghilang dalam lift. Sebenarnya dia baik, hanya Andi yang memanfaatkannya untuk mendapatkan uang dengan menjual diriku. Tapi saat ini...ini pilihanku sendiri. Bukan karena Joe... dia tidak memaksaku... ini pilihanku.

Aku coba menarik napas panjang dan memantapkan hati, kupencet bel kamar. Tak berapa lama pintu terbuka, kulihat seorang lelaki berumur sekitar 40 tahunan mengenakan baju batik. Wajahnya cukup tampan, tidak terlalu gemuk ataupun kurus.
"Selamat malam, saya Indah", kataku memperkenalkan diri.
"Malam juga, saya Anton. Silakan masuk"

Aku masuk kedalam kamarnya. Kulihat sekeliling, tampak sebuah laptop di meja. Sebuah koper kecil ada di pojok kamar.
"Maaf kalau saya tidak ada persiapan", kata Anton. "Mbak Indah mau minum apa?", katanya sambil membuka lemari es.
"Air putih saja..."
Anton mengambil botol Aqua dan sebuah gelas, dan meletakkannya di meja.
"Tadinya saya tidak percaya waktu membuka pintu. Mbak Indah, pakai Jilbab... apa betul Mbak Indah mau...", Anton tidak melanjutkan kalimatnya.
"Sebenarnya nggak, tapi saya tidak punya pilihan. Saya harus mengganti uang kantor saya..."
"Iya, Joe udah cerita sama saya. Sorry kalau saya agak gugup. terus terang ini pengalaman pertama saya", kata Anton lagi.

Aku tidak menjawab, kumantapkan hatiku. Lalu aku bangkit berdiri, memegang tangan Anton dan mengajaknya ke tempat tidur. Aku mulai mendekatkan wajahku ke wajahnya. Pelan-pelan kucium bibirnya, Anton membalas dengan lembut.

Dan setelah itu terjadilah semuanya. Aku membuka pakaian Anton dan menciumi tubuhnya. Penisnya mulai tegang...ku jilati dengan gemas...

Kemudian aku tidak membuka kerudung maupun bajuku, kuangkat rok dan kuturunkan celana dalamku. Kuraih tangannya memegang vaginaku yang mulai basah. Lalu dia berbaring teletang. Aku duduk di atasnya, pelan-pelan penisnya kumasukkan dalam vaginaku. Aku gerakkan pinggulku, ke depan ke belakang. Anton mulai meringis nikmat.

Kami melakukan berbagai variasi posisi, termasuk Anton mencoba memasukkan penisnya ke Anusku. "Boleh anal ya In, istriku nggak pernah mau", pinta Anton.
Aku mengangguk, penis Anton bergantian masuk anus dan vaginaku. Sebenarnya aku agak jijik, membayangkan penis yang belepotan tai masuk vaginaku tapi aku mencoba memuaskan Anton.

Akhirnya Anton mengeluarkan spermanya dalam vaginaku. Croot...crooot...crooooot... Anton memeluk dan mencium bibirku dengan penuh nafsu, Aku kali ini tidak merasakan kepuasan apa-apa. Yang terpenting aku dapat uang...itu yang ada dalam pikiranku. Dihadapan Anton pun aku belum telanjang, hanya mengangkat rok dan membuka celana dalamku. Jadi Jilbab dan bajuku masih lengkap.

Ya Tuhan...Maafkan diriku... Cukup sekali ini aku melakukan ini karena uang...

Anton memelukku dan tertidur. Aku tidak bisa memejamkan mataku sama sekali. Sekitar 1 jam Anton tertidur pulas.

Setelah bangun Anton, membuka tasnya dan memberikan setumpuk uang. Aku tidak lagi menghitung, segera saja kumasukkan dalam tas.

Setelah itu, aku baru membuka semua bajuku. Aku mandi sebentar, kemudian mau berpakaian. Namun rupanya Anton masih belum puas, melihatku telanjang penisnya membesar lagi. Diajaknya lagi aku ke tempat tidur. Aku harus melayaninya sekali lagi sebelum pulang... Sekali lagi biarpun vaginaku basah, tetapi aku tidak merasakan kenikmatan apa-apa... Jadi begini rasanya seorang pelacur melayani tamunya... Tidak menikmati... Hanya untuk bertahan hidup...

Sesampainya di kost aku sholat minta ampun. Cukup sekali ini aku menjadi pelacur... cukup sekali ini saja....