Setelah sebulan lebih aku minum obat, aku sudah merasa nyaman. Vaginaku tidak lagi terasa perih, panas ataupun gatal. Semalam aku bisa menikmati lagi hubungan seks yang sudah lama aku tahan. Bersama Joe, kami menikmati malam bersama di puncak.
Tak terhitung berapa kali kamu berpadu, berbagai posisi kami nikmati. Singkatnya sejak kami datang sampai pulang pagi ini aku terus menerus telanjang, kerjaku hanya makan, tidur dan make love. Aku tidak perduli pelayan yang datang membawakan makan malam dan sarapan pagi. Aku tetap cuek bertelanjang bulat, yang penting aku bisa menikmatinya bersama Joe. 2 bulan tidak orgasme membuat aku tak perduli.
Hanya saja aku masih belum berani mencari pelanggan lagi. Tapi aku harus mencari uang, sementara ini Joe memang membantuku sekali-sekali. Tetapi aku malu harus menerimanya. Aku tidak bisa membalasnya kecuali dengan memberikan tubuhku padanya. Aku ingin sekali mencari uang, tapi semua surat lamaranku belum berbalas. Sementara aku butuh makan, bayar kost dll.
Aku tidak ingin menjadi pelacur lagi. Aku takut dan masih terngiang nasihat dokter yang merawatku.
Aku bingung
Wednesday, October 20, 2010
Thursday, September 2, 2010
Aku terkena penyakit kotor
Ya Tuhan,
Rupanya ini hukuman untukku. Beberapa hari belakangan ini aku merasakan perih, nyeri dan panas pada vaginaku. Karena itu aku pergi ke dokter untuk mengetahui penyakitku dan mengobatinya. Awalnya kuceritakan keluhanku, lalu dokter muda itu bertanya,"Anda sudah menikah?"
"Belum dok", dengan polosnya aku menjawab
"Baiklah, tolong celananya dibuka dulu, saya akan periksa"
Aku memang bodoh, pergi ke dokter mengenakan celana jeans. Karena itu kubuka celana jeans dan CDku kemudian naik di tempat tidur. Entah mengapa kali ini aku merasa jengah harus telanjang di depan lelaki, meski ia seorang dokter.
"Boleh, dibuka kakinya", dokter itu memintaku mengangkang
Ia segera memeriksa daerah vaginaku, lalu ia bertanya lagi,"Maaf, bukan saya lancang. Apakah anda pernah berhubungan seks?"
Rupanya dia heran karena aku mengaku belum menikah.
"Pernah Dok", aku menjawab agak ragu
"Baiklah, silahkan pakai kembali pakaiannya"
Aku memakai kembali celanaku, lalu duduk di kursi depan meja praktek dokter itu.
"Bagaimana dok?"
"Begini, mulanya saya agak kaget karena anda tadi mengatakan belum menikah. Tetapi saya tidak berani menarik kesimpulan sebelum anda mengkonfirmasi bahwa anda pernah berhubungan seks"
"Memangnya ada apa Dok?"
"Begini, awalnya saya melihat anda yang mengenakan jilbab, begitu cantik dan mengaku belum menikah. Tetapi sewaktu saya periksa, saya melihat sesuatu yang berlawanan sekali. Terus terang tadinya saya bingung tetapi setelah anda berterus terang, maka saya bisa memastikan bahwa anda terkena penyakit Herpes"
"Apakah itu berbahaya dok, bisa sembuh kan?"
"Terus terang saya bisa mengobati untuk menghilangkan gejalanya, tetapi karena ini disebabkan virus maka tidak bisa sembuh 100%. Ada kemungkinan akan kambuh kembali jika daya tahan tubuh menurun. Ya, seperti flu begitulah. Tapi ada yang lebih menarik perhatian saya"
Aku agak bingung
"Jadi saya tidak bisa sembuh Dok, lalu apa akibatnya? Terus ada masalah apalagi dok?"
"Begini, sewaktu saya memeriksa vagina anda, tampaknya ada bekas-bekas luka pada vagina dan anus anda, apakah anda pernah diperkosa?"
Aku teringat kerjadian terakhir sewaktu dikerjai si idiot itu...
"Sebenarnya tidak pernah dok, tapi saya punya penjelasan tentang hal itu"
Aku terpaksa bercerita bahwa aku ini PSK, dan kejadian terakhir yang aku terima. Si dokter hanya mengangguk-anggukan kepalanya, kemudian berkata,"Jalan hidup seperti itu sangat berbahaya, anda bisa terkena macam2 nantinya, mungkin juga HIV bisa terkena. Sayang sekali, gadis cantik, muda dan berjilbab seperti anda harus mencari jalan hidup seperti itu. Seharusnya jilbab itu menunjukkan pribadi yang sholeh. Sebaiknya cari perkerjaan lain."
Aku terdiam, dalam hatiku aku takut, marah, sedih, bingung semua campur aduk menjadi satu. Sampai di tempat kost pun aku masih memikirkan hal itu.
Sebenarnya dokter itu menyarankan aku untuk tes HIV, tapi aku takut.
Aku takut...penyakit kotor, HIV, AIDS dan dosaku...
Ya Tuhan....
Ampunilah aku....
Rupanya ini hukuman untukku. Beberapa hari belakangan ini aku merasakan perih, nyeri dan panas pada vaginaku. Karena itu aku pergi ke dokter untuk mengetahui penyakitku dan mengobatinya. Awalnya kuceritakan keluhanku, lalu dokter muda itu bertanya,"Anda sudah menikah?"
"Belum dok", dengan polosnya aku menjawab
"Baiklah, tolong celananya dibuka dulu, saya akan periksa"
Aku memang bodoh, pergi ke dokter mengenakan celana jeans. Karena itu kubuka celana jeans dan CDku kemudian naik di tempat tidur. Entah mengapa kali ini aku merasa jengah harus telanjang di depan lelaki, meski ia seorang dokter.
"Boleh, dibuka kakinya", dokter itu memintaku mengangkang
Ia segera memeriksa daerah vaginaku, lalu ia bertanya lagi,"Maaf, bukan saya lancang. Apakah anda pernah berhubungan seks?"
Rupanya dia heran karena aku mengaku belum menikah.
"Pernah Dok", aku menjawab agak ragu
"Baiklah, silahkan pakai kembali pakaiannya"
Aku memakai kembali celanaku, lalu duduk di kursi depan meja praktek dokter itu.
"Bagaimana dok?"
"Begini, mulanya saya agak kaget karena anda tadi mengatakan belum menikah. Tetapi saya tidak berani menarik kesimpulan sebelum anda mengkonfirmasi bahwa anda pernah berhubungan seks"
"Memangnya ada apa Dok?"
"Begini, awalnya saya melihat anda yang mengenakan jilbab, begitu cantik dan mengaku belum menikah. Tetapi sewaktu saya periksa, saya melihat sesuatu yang berlawanan sekali. Terus terang tadinya saya bingung tetapi setelah anda berterus terang, maka saya bisa memastikan bahwa anda terkena penyakit Herpes"
"Apakah itu berbahaya dok, bisa sembuh kan?"
"Terus terang saya bisa mengobati untuk menghilangkan gejalanya, tetapi karena ini disebabkan virus maka tidak bisa sembuh 100%. Ada kemungkinan akan kambuh kembali jika daya tahan tubuh menurun. Ya, seperti flu begitulah. Tapi ada yang lebih menarik perhatian saya"
Aku agak bingung
"Jadi saya tidak bisa sembuh Dok, lalu apa akibatnya? Terus ada masalah apalagi dok?"
"Begini, sewaktu saya memeriksa vagina anda, tampaknya ada bekas-bekas luka pada vagina dan anus anda, apakah anda pernah diperkosa?"
Aku teringat kerjadian terakhir sewaktu dikerjai si idiot itu...
"Sebenarnya tidak pernah dok, tapi saya punya penjelasan tentang hal itu"
Aku terpaksa bercerita bahwa aku ini PSK, dan kejadian terakhir yang aku terima. Si dokter hanya mengangguk-anggukan kepalanya, kemudian berkata,"Jalan hidup seperti itu sangat berbahaya, anda bisa terkena macam2 nantinya, mungkin juga HIV bisa terkena. Sayang sekali, gadis cantik, muda dan berjilbab seperti anda harus mencari jalan hidup seperti itu. Seharusnya jilbab itu menunjukkan pribadi yang sholeh. Sebaiknya cari perkerjaan lain."
Aku terdiam, dalam hatiku aku takut, marah, sedih, bingung semua campur aduk menjadi satu. Sampai di tempat kost pun aku masih memikirkan hal itu.
Sebenarnya dokter itu menyarankan aku untuk tes HIV, tapi aku takut.
Aku takut...penyakit kotor, HIV, AIDS dan dosaku...
Ya Tuhan....
Ampunilah aku....
Sunday, August 15, 2010
Bulan penyesalan
Hari ini hari ke 6 puasa. Selama itu pula aku menghentikan kegiatanku melayani pelangganku. Aku ingin bertobat... Apalagi pengalamanku yang terakhir menambah keinginanku untuk berhenti.
Tetap 2 hari sebelum puasa, aku melayani tamuku seperti biasa. Tampaknya dia sangat puas dengan pelayananku, karena itu ia menawarkan untuk melayani temannya juga. Semula aku ragu-ragu, karena semua tamuku selama ini diseleksi oleh Joe. Tapi kali ini aku mencoba lepas dari Joe, aku terima tawaran itu.
Aku kemudian pergi ke sebuah rumah di kawasan Kemang. Disana aku disambut oleh Arif, seorang lelaki berumur sekitar 40 tahun. Aku dipersilakan masuk, rumahnya cukup besar dan mewah. Perabotnya bergaya tradisional Jawa. Dipadukan dengan rimbunnya halaman, terasa begitu asri.
Aku disuruh masuk ke sebuah kamar, setelah itu Arif mulai mencumbuiku. Dan seperti biasa dilanjutkan dengan telanjang dan hubungan seks. Arif meminta aku yang aktif, karena itu aku duduk diatasnya dan mengoyangkan pinggulku sampai akhirnya terasa penisnya mengeluarkan sperma dalam vaginaku, croot...croot...crooooottt.....
Setelah selesai Arif memintaku tetap telanjang, dengan lembut ia mengikat kedua tanganku ke rangka tempat tidur. Setelah itu ia menciumiku, aku kegelian, entah kenapa, Arif bisa membuatku bergairah dan geli, padahal biasanya aku mati rasa melayani pelangganku.
Kemudian Arif keluar kamar...tidak beberapa lama kemudian ia masuk kembali bersama seorang pemuda. Aku tersentak kaget...pemuda itu bukan pemuda biasa, ia adalah lelaki idiot yang terus menerus tertawa menyeringai. Air liurnya menetes seperti anak bayi, lidahnya sering kali keluar masuk dan mata sedikit juling.
Aku berusaha meronta dan membebaskan diriku, tetapi tanganku terikat. Arif tidak perduli, ia menuntun pemuda itu mendekat, membuka bajunya, dan ya Tuhan... menyuruhnya meniduriku...
Pemuda itu tertawa-tawa senang, persis seperti anak kecil yang diberi permen. Ia menaikiku dan memasukkan penisnya ke vagina dan anusku bergantian. Ya betul - betul bergantian, masuk vagina, lepas, masuk anus, lepas, masuk vagina kembali .... begitulah yang terjadi. Sementara bibirnya bernafsu menggigiti mulut dan bibirku... Besar penisnya tidak normal, jauh lebih besar dari semua orang yang pernah aku layani, vaginaku terasa sesak, perih dan nyeri...
Aku mencoba berontak tetapi tidak berhasil, sampai ia mengeluarkan spermanya... Croot...Crooot....Croooooot.... Ia berteriak-teriak seperti orang kesurupan. Aku betul-betul muak, tidak kuat lagi aku ikut berteriak kesakitan... Namun rupanya ia merasa teriakanku menyakitinya, ia marah dan menendangiku. Setelah itu ia memasukkan tanggannya ke vagina dan anusku, gila... rasanya sakit sekali, perih dan nyeri... Arif terlambat mencegah hal itu dan mencoba melepaskan tangannya dari vaginaku. Setelah berhasil, ia segera meminta tolong pembantunya.
Akhirnya pemuda tadi dibawa keluar setelah 2 orang pembantu ikut memeganginya. Sementara aku terkapar lemas dan kesakitan. Arif meminta maaf atas kejadian itu dan membuka ikatan tanganku, tetapi semua sudah terjadi. Anus dan vaginaku terasa perih akibatnya, sementara vaginaku masih belepotan sperma. Aku mengelap vaginaku dengan CDku. Memakai bajuku kembali dan pulang....
Wajah pemuda idiot itu terus membayangiku, tertawanya saat ia orgasme masih terngiang. Aku jijik padanya, aku jijik pada diriku sendiri yang sudah melayani nafsunya. Aku ingin berhenti menjual tubuhku, membiarkan tubuhku dilihat, dijamah, disetubuhi, disodomi dan yang terakhir, dikerjai oleh seorang pemuda idiot... Aku capek jadi PSK, aku ingin berhenti...
Uang yang terkumpul baru sekitar 25 juta... aku tahu itu pasti tidak cukup untuk berobat. Tapi aku pasrah, aku ingin bertobat...aku tidak ingin melakukannya lagi...
Joe masih tetap menemaniku, ia masih setia mencarikan pelanggan untukku. Ia juga yang selalu menjadi pelarianku, untuk kesedihanku, untuk kemarahanku, untuk nafsuku...
Hampir setiap selesai aku melayani tamu aku mampir ke tempatnya. Aku menangis di bahunya... dia dengan lembut membelaiku, mengusap rambutku, menciumku... dan aku membalasnya dengan menyerahkan tubuhku...
Aku nggak tahu apa ini cinta, pelampiasan nafsuku atau aku sekedar butuh perhatian dan pelarian. Maafkan aku Joe, aku sendiri tidak yakin dengan apa yang aku rasakan. Yang pasti aku merasa nyaman denganmu, merasa hangat, dan juga kamu bisa menjadi pelampiasan nafsuku yang bergejolak.
Tapi sekarang aku ingin berhenti...
Aku ingin bertobat...
maafkan aku...
Tetap 2 hari sebelum puasa, aku melayani tamuku seperti biasa. Tampaknya dia sangat puas dengan pelayananku, karena itu ia menawarkan untuk melayani temannya juga. Semula aku ragu-ragu, karena semua tamuku selama ini diseleksi oleh Joe. Tapi kali ini aku mencoba lepas dari Joe, aku terima tawaran itu.
Aku kemudian pergi ke sebuah rumah di kawasan Kemang. Disana aku disambut oleh Arif, seorang lelaki berumur sekitar 40 tahun. Aku dipersilakan masuk, rumahnya cukup besar dan mewah. Perabotnya bergaya tradisional Jawa. Dipadukan dengan rimbunnya halaman, terasa begitu asri.
Aku disuruh masuk ke sebuah kamar, setelah itu Arif mulai mencumbuiku. Dan seperti biasa dilanjutkan dengan telanjang dan hubungan seks. Arif meminta aku yang aktif, karena itu aku duduk diatasnya dan mengoyangkan pinggulku sampai akhirnya terasa penisnya mengeluarkan sperma dalam vaginaku, croot...croot...crooooottt.....
Setelah selesai Arif memintaku tetap telanjang, dengan lembut ia mengikat kedua tanganku ke rangka tempat tidur. Setelah itu ia menciumiku, aku kegelian, entah kenapa, Arif bisa membuatku bergairah dan geli, padahal biasanya aku mati rasa melayani pelangganku.
Kemudian Arif keluar kamar...tidak beberapa lama kemudian ia masuk kembali bersama seorang pemuda. Aku tersentak kaget...pemuda itu bukan pemuda biasa, ia adalah lelaki idiot yang terus menerus tertawa menyeringai. Air liurnya menetes seperti anak bayi, lidahnya sering kali keluar masuk dan mata sedikit juling.
Aku berusaha meronta dan membebaskan diriku, tetapi tanganku terikat. Arif tidak perduli, ia menuntun pemuda itu mendekat, membuka bajunya, dan ya Tuhan... menyuruhnya meniduriku...
Pemuda itu tertawa-tawa senang, persis seperti anak kecil yang diberi permen. Ia menaikiku dan memasukkan penisnya ke vagina dan anusku bergantian. Ya betul - betul bergantian, masuk vagina, lepas, masuk anus, lepas, masuk vagina kembali .... begitulah yang terjadi. Sementara bibirnya bernafsu menggigiti mulut dan bibirku... Besar penisnya tidak normal, jauh lebih besar dari semua orang yang pernah aku layani, vaginaku terasa sesak, perih dan nyeri...
Aku mencoba berontak tetapi tidak berhasil, sampai ia mengeluarkan spermanya... Croot...Crooot....Croooooot.... Ia berteriak-teriak seperti orang kesurupan. Aku betul-betul muak, tidak kuat lagi aku ikut berteriak kesakitan... Namun rupanya ia merasa teriakanku menyakitinya, ia marah dan menendangiku. Setelah itu ia memasukkan tanggannya ke vagina dan anusku, gila... rasanya sakit sekali, perih dan nyeri... Arif terlambat mencegah hal itu dan mencoba melepaskan tangannya dari vaginaku. Setelah berhasil, ia segera meminta tolong pembantunya.
Akhirnya pemuda tadi dibawa keluar setelah 2 orang pembantu ikut memeganginya. Sementara aku terkapar lemas dan kesakitan. Arif meminta maaf atas kejadian itu dan membuka ikatan tanganku, tetapi semua sudah terjadi. Anus dan vaginaku terasa perih akibatnya, sementara vaginaku masih belepotan sperma. Aku mengelap vaginaku dengan CDku. Memakai bajuku kembali dan pulang....
Wajah pemuda idiot itu terus membayangiku, tertawanya saat ia orgasme masih terngiang. Aku jijik padanya, aku jijik pada diriku sendiri yang sudah melayani nafsunya. Aku ingin berhenti menjual tubuhku, membiarkan tubuhku dilihat, dijamah, disetubuhi, disodomi dan yang terakhir, dikerjai oleh seorang pemuda idiot... Aku capek jadi PSK, aku ingin berhenti...
Uang yang terkumpul baru sekitar 25 juta... aku tahu itu pasti tidak cukup untuk berobat. Tapi aku pasrah, aku ingin bertobat...aku tidak ingin melakukannya lagi...
Joe masih tetap menemaniku, ia masih setia mencarikan pelanggan untukku. Ia juga yang selalu menjadi pelarianku, untuk kesedihanku, untuk kemarahanku, untuk nafsuku...
Hampir setiap selesai aku melayani tamu aku mampir ke tempatnya. Aku menangis di bahunya... dia dengan lembut membelaiku, mengusap rambutku, menciumku... dan aku membalasnya dengan menyerahkan tubuhku...
Aku nggak tahu apa ini cinta, pelampiasan nafsuku atau aku sekedar butuh perhatian dan pelarian. Maafkan aku Joe, aku sendiri tidak yakin dengan apa yang aku rasakan. Yang pasti aku merasa nyaman denganmu, merasa hangat, dan juga kamu bisa menjadi pelampiasan nafsuku yang bergejolak.
Tapi sekarang aku ingin berhenti...
Aku ingin bertobat...
maafkan aku...
Tuesday, July 6, 2010
Jadi PSK
Ya Tuhan...
Entah apa yang kulakukan ini...
Aku melakukannya demi uang...uang...
Beberapa lama memang aku tidak mengisi diaryku ini karena aku begitu sibuk. Sibuk? ya aku sibuk melayani tamu-tamuku.
Beberapa minggu lalu aku mendapat telpon dari Adikku di Bandung. Ayah sakit kanker katanya!! Dan butuh biaya operasi dan pengobatan. Minimal Rp 120 juta... Aku terhenyak, saat ini memang hanya aku dan Ayah yang bekerja. Artinya jika Ayah sakit akulah yang menjadi tulang punggung keluarga, padahal aku baru saja di PHK.
Akhirnya Joe yang menjadi penolongku. Aku dicarikan pelanggan yang mau membayar mahal, umumnya mereka adalah para pendatang baru di dunia petualangan seks. Jadi mereka masih takut. Hampir tiap hari aku melayani tamuku, malahan terkadang 2 - 3 orang dalam sehari. Hati kecilku menangis, tubuhku pun terasa remuk. Himpitan dan lenguhan tamuku menjadi makananku, meskipun aku mencoba tetap tersenyum.
Hanya Joe yang bisa jadi pelarianku. Biasanya setelah melayani tamuku, aku mampir ke tempat kost Joe. Disana aku bisa menangis, merebahkan kepalaku ke dadanya, dan biasanya setelah itu kami mulai saling membelai, mencium dan kemudian melakukan hubungan seks. Joe memperlakukan aku dengan lembut, itulah yang menenangkan hatiku. Setelah melayani tamu, aku bisa merasakan orgasme bersama Joe. Terkadang Joe malah ikut membersihkan lelehan sperma yang keluar dari vaginaku. Hampir semua tamuku tidak biasa mengenakan kondom, karena mereka terbiasa melakukannya dengan istri mereka di rumah.
Begitulah, aku tidak mencoba menghitung lagi berapa lelaki yang sudah merasakan tubuh dan vaginaku ini....
Aku baru mengumpulkan sekitar 15 juta setelah hampir sebulan aku menjalani profesi ini. JAdi minimal 6 - 7 bulan lagi aku harus melakukannya, belum lagi aku masih harus membayar kost dan makan. Mungkin bisa jadi 10 bulan.
Aku malu, bingung, takut... vaginaku rasanya sudah longgar. Setiap penis yang masuk tidak lagi terasa peret atau perih, semua masuk begitu saja tanpa halangan...
Lubang anusku rasanya sudah sebesar bola pingpong. Aku sudah tidak merasa kesakitan lagi jika melakukan anal seks. Demikian pula, oral seks adalah hal biasa bagiku meskipun penis itu baru saja keluar masuk anusku... bau tai tidak lagi menjadi halangan, aku langsung bisa melumat penis yang masih belepotan kotoranku sendiri...
Untung masih ada Joe yang perhatian padaku... tapi aku sampai kapan aku harus seperti ini???
Entah apa yang kulakukan ini...
Aku melakukannya demi uang...uang...
Beberapa lama memang aku tidak mengisi diaryku ini karena aku begitu sibuk. Sibuk? ya aku sibuk melayani tamu-tamuku.
Beberapa minggu lalu aku mendapat telpon dari Adikku di Bandung. Ayah sakit kanker katanya!! Dan butuh biaya operasi dan pengobatan. Minimal Rp 120 juta... Aku terhenyak, saat ini memang hanya aku dan Ayah yang bekerja. Artinya jika Ayah sakit akulah yang menjadi tulang punggung keluarga, padahal aku baru saja di PHK.
Akhirnya Joe yang menjadi penolongku. Aku dicarikan pelanggan yang mau membayar mahal, umumnya mereka adalah para pendatang baru di dunia petualangan seks. Jadi mereka masih takut. Hampir tiap hari aku melayani tamuku, malahan terkadang 2 - 3 orang dalam sehari. Hati kecilku menangis, tubuhku pun terasa remuk. Himpitan dan lenguhan tamuku menjadi makananku, meskipun aku mencoba tetap tersenyum.
Hanya Joe yang bisa jadi pelarianku. Biasanya setelah melayani tamuku, aku mampir ke tempat kost Joe. Disana aku bisa menangis, merebahkan kepalaku ke dadanya, dan biasanya setelah itu kami mulai saling membelai, mencium dan kemudian melakukan hubungan seks. Joe memperlakukan aku dengan lembut, itulah yang menenangkan hatiku. Setelah melayani tamu, aku bisa merasakan orgasme bersama Joe. Terkadang Joe malah ikut membersihkan lelehan sperma yang keluar dari vaginaku. Hampir semua tamuku tidak biasa mengenakan kondom, karena mereka terbiasa melakukannya dengan istri mereka di rumah.
Begitulah, aku tidak mencoba menghitung lagi berapa lelaki yang sudah merasakan tubuh dan vaginaku ini....
Aku baru mengumpulkan sekitar 15 juta setelah hampir sebulan aku menjalani profesi ini. JAdi minimal 6 - 7 bulan lagi aku harus melakukannya, belum lagi aku masih harus membayar kost dan makan. Mungkin bisa jadi 10 bulan.
Aku malu, bingung, takut... vaginaku rasanya sudah longgar. Setiap penis yang masuk tidak lagi terasa peret atau perih, semua masuk begitu saja tanpa halangan...
Lubang anusku rasanya sudah sebesar bola pingpong. Aku sudah tidak merasa kesakitan lagi jika melakukan anal seks. Demikian pula, oral seks adalah hal biasa bagiku meskipun penis itu baru saja keluar masuk anusku... bau tai tidak lagi menjadi halangan, aku langsung bisa melumat penis yang masih belepotan kotoranku sendiri...
Untung masih ada Joe yang perhatian padaku... tapi aku sampai kapan aku harus seperti ini???
Tuesday, June 15, 2010
Aku memang pelacur
Sudah beberapa hari ini aku nggak ngisi diary ini. Memang aku sengaja untuk menenangkan pikiranku.
Sepertinya aku memang ditakdirkan untuk jadi pelacur, sementara ingatanku melayani Anton untuk mengganti uang kantorku belum hilang, empat hari aku tiba-tiba dipanggil Mbak Netta.
"Indah, sorry ya aku harus berterus terang sama kamu"
"Kenapa Mbak?"
"Aku langsung aja to the point deh, begini... kantor kita sedang mengalami kesulitan karena kurangnya order yang masuk. Karena itu kita harus melakukan pengurangan karyawan, dimulai dari karyawan kontrak dulu..."
Aku tidak lagi perhatian pada perkataan Mbak Netta, kepalaku seperti melayang. Aku bakal kena PHK karena status kerjaku masih kontrak. Berarti aku harus cari kerja lagi, padahal minggu ini aku harus membayar uang kost.
Sorenya aku telepon Joe lagi. Kujelaskan kondisiku sekarang, kelihatannya Joe mau membantuku lagi.
"Oke deh In, ntar aku cariin lagi kalau ada yang tertarik sama kamu ya...", janjinya.
Keesokan harinya pagi-pagi Joe menelponku,"Pagi Indah..."
"Pagi Joe, ada apa?"
"Aku punya pelanggan untuk kamu, kebetulan dia orang daerah yang sedang ada rapat di Jakarta. Dia sobat lamaku, yang bekerja di Kalimantan. Supaya teman-teman sekantornya tidak curiga, dia minta tolong dicarikan orang yang kelihatan sopan dan rapi agar bisa diakui sebagai keponakannya."
"Mengenai pembayarannya?"
"Dia sudah transfer ke aku, nanti aku transfer ke rekeningmu ya. Jumlahnya 2 juta."
Aku sempat bimbang, tetapi kebutuhanku sudah mendesak jadi aku tidak ada pilihan lain.
"Ok, jadi gimana ketemunya?"
Joe memberikan penjelasan. Aku harus membawa bungkusan seperti oleh-oleh yang akan dititipkan ibuku kepada orang itu. Aku harus menemuinya saat makan siang di sebuah hotel di kawasan kemayoran.
Aku segera bersiap, kali ini aku mengenakan blus pink dengan rok kembang-kembang tipis, dengan Jilbab pink. Wajahku kurias sesederhana mungkin tetapi tetap menarik dan ceria. Aku tidak ingin terlalu menyolok tetapi ingin memuaskan pelangganku juga. Sewaktu pergi aku tidak lupa membeli sekeranjang salak, untuk dititipkan.
Sesampainya di hotel tersebut, aku segera menemui resepsionis untuk menemui Rusdi.
"Siang Mas, saya ingin bertemu Pak Rusdi. Beliau dari Kalimantan yang sedang rapat disini"
"Sebentar ya Mbak, saya cek dulu...", kata resepsionis
Setelah ditelepon aku disuruh menunggu di Lobby. Tak berapa lama kemudian datang seorang lelaki, berumur sekitar 35 tahunan bersama beberapa orang lainnya. Kelihatannya mereka adalah rekan sekantor Rusdi.
"Halo Indah, apa kabar...", Rusdi berpura-pura menyambutku hangat
"Baik Om...", aku mencium tangan kemudian cipika-cipiki. Supaya tidak curiga, Joe menyarankan kami melakukan ini.
Setelah dikenalkan dengan teman-teman sekantor Rusdi, aku diberi kunci kamar dan disuruh menunggu disana.
"Oleh-olehnya disimpan di kamar aja ya, kamu tunggu disana sebentar, aku nanti menyusul. Ada titipan untuk ibumu", kata Rusdi.
Rupanya sandiwara kami berjalan baik, tak seorangpun teman-teman Rusdi curiga, termasuk 2 rekan wanitanya. Aku segera naik lift dan masuk ke dalam kamar.
Sesampainya di kamar, aku meletakkan bungkusan salak di pojok ruangan. Mataku menatap berkeliling. Rupanya Rusdi orangnya rapi dan apik. Kulihat tas kerjanya diletakkan rapi di meja di samping laptopnya. Sementara koran tadi pagi yang telah dibaca, dilipat rapi kembali. Aku menarik nafas dalam-dalam. Ini kali kedua aku harus menjadi pelacur...aku harus melayani orang yang bahkan belum pernah aku kenal sebelumnya...
Aku membuka celana dalamku, tetapi BH, rok, blus dan Jilbabku tetap kupakai. Aku mengoleskan jelly ke dalam vaginaku. Hal ini aku lakukan agar jika penis Rusdi masuk vaginaku, tidak terasa sakit.
Tak berapa lama kemudian Rusdi masuk kamar. Aku segera menyambutnya. Rupanya Rusdipun sudah tidak sabar lagi, kami segera berciuman dan berpagutan. Kubuka pakaian Rusdi dan kubawa ke tempat tidur. Kuciumi penisnya yang mulai tegang, sementara jemari Rusdi membelai paha dan pantatku.
"Indah, kamu begitu cantik dan manis... aku ingin merasakan diri dan dekapanmu...", pinta Rusdi.
Aku tidak menjawab, melainkan menyibakkan sedikit rokku, kemudian aku naik ke atas tubuh Rusdi. Aku arahkan penisnya menuju vaginaku dan tanpa menunggu lagi segera kugerakkan pinggulku...
"Oh, Indah....enak...enak sekali..."
Aku merasakan penisnya semakin menegang dalam vaginaku. Semakin cepat aku bergoyang, dan tak berapa lama kemudian Rusdi memintaku doggy style. Penisnya menusuk dari belakangku...tapi aku tidak merasakan kenikmatan sama sekali. Sepetinya ini hanya sekedar tugas tanpa menggunakan perasaanku.
Setelah itu Rusdi menaikiku. Aku hanya menaikkan rok depanku agar vaginaku terlihat dan bisa dimasuki penisnya. Rusdi menggerakkan pinggulnya penuh nafsu, aku kemudian melingkarkan kakiku ke badannya. Aku mencoba menikmati hubungan seks ini tetapi tidak bisa... di kepalaku hanya ada aku perlu bayar kost...
Tak berapa lama kemudian penis Rusdi mengeluarkan spermanya dalam vaginaku, croot...crooot...croooootttt.... Aku bisa merasakan cairan hangat mengalir dalam vaginaku. Rusdi memelukku erat dan menciumi bibirku dengan gemas.
"Terima kasih, Indah. Barusan enak sekali. Aku tidak pernah membayangkan bercinta dengan gadis berjilbab sepertimu dan melakukan hubungan seks dengan gadis yang masih mengenakan jilbab..."
"Sama-sama Om... Sini saya bersihin penisnya..."
Aku menjilati penis Rusdi, setelah itu kulap dengan tissue. Pada saat aku bangkit dan akan mengenakan celana dalamku Rusdi memegang tanganku.
"Jangan dulu, ada temanku yang ingin mencicipimu juga..."
"Tapi Om..."
"Aku tambah 1 juta lagi kalau kamu mau melayaninya juga"
Hati kecilku mengatakan tidak, tetapi rasionalku mengatakan aku perlu uang itu. Akhirnya aku menyetujui,"Ok Om, dimana kamarnya..."
"Dia sudah menunggu, aku suruh dia kesini...", Rusdi mengangkat telepon. Kemudian dia bergegas memakai pakaiannya.
Tidak sampai lima menit pintu diketuk, Rusdi membukakan pintu dan masuklah sepasang suami istri.
"Indah, ini Om Jafar dan istrinya Meity..."
Aku agak kaget, kenapa istrinya ikut? Bukankah aku harus melayani suaminya?
Kuperhatikan istrinya, orangnya mungil, tinggi sekitar 150 cm, kulit putih bersih, wajah cantik dan manis. Aku tak habis pikir, kenapa suaminya tidak puas dengan istrinya. Dia mengenakan kaus lengan panjang berwarna biru muda, dengan celana jeans dan juga jilbab biru muda.
"Ayo Ty, buka bajumu...", kata Jafar.
Meity nampaknya ragu, tetapi Jafar malah membuka retsleting celananya dan menarik sekaligus dengan celana dalamnya sampai ke mata kaki. Mety nanpak malu sekali dan berusaha menutupi vaginanya dengan kedua tangannya. Rupoanya vagina Meity dicukur bersih, tak tampak sehelaipun rambut kemaluannya.
"Sudah nggak usah malu-malu, anggap saja Rusdi ini aku..."
Meity kemudian ditelanjangi oleh Jafar. Dia kemudian mendorong Meity ke hadapan Rusdi. Rusdi kemudian mulai memeluk dan menciumi Meity.
Aku tidak sempat memperhatikan mereka selanjutnya, karena Jafar segera menghampiriku dan mulai mencumbuiku.
Aku tidak perlu berpanjang lebar, yang jelas kami melakukan apa yang disebut Swinger. Aku dengan jafar, sementara Meity istri Jafar dengan Rusdi. Aku sendiri seperti sedang menonton sebuah pertunjukan film BF. Hanya saja aku sebagai pemerannya sendiri.
Setelah masing-masing pasangan puas melakukannya, Jafar kemudian kembali menindih Meity. Rupanya Jafar ini seorang hiperseks, kelihatannya dia tidak puas sudah menggauliku. Dia tidak ragu-ragu menggauli istrinya di depan kami. Padahal sudah jelas kelihatan Meity sudah kepayahan melayani Rusdi sebelumnya.
Baru menjelang Maghrib aku bisa pulang. Uang 1 juta ditangan, ditambah transfer 2 jtua dari Joe mestinya cukup untuk membayar kost dan makan hampir 1 bulan.
Aku sekarang masih merenungkan apa yang sudah aku kerjakan. Aku menjadi seorang pelacur... apapun alasannya, sudah 2 kali ini aku melacurkan diriku. Dan apa artinya jilbab penutup kepalaku ini....
Aku bimbang...
Sepertinya aku memang ditakdirkan untuk jadi pelacur, sementara ingatanku melayani Anton untuk mengganti uang kantorku belum hilang, empat hari aku tiba-tiba dipanggil Mbak Netta.
"Indah, sorry ya aku harus berterus terang sama kamu"
"Kenapa Mbak?"
"Aku langsung aja to the point deh, begini... kantor kita sedang mengalami kesulitan karena kurangnya order yang masuk. Karena itu kita harus melakukan pengurangan karyawan, dimulai dari karyawan kontrak dulu..."
Aku tidak lagi perhatian pada perkataan Mbak Netta, kepalaku seperti melayang. Aku bakal kena PHK karena status kerjaku masih kontrak. Berarti aku harus cari kerja lagi, padahal minggu ini aku harus membayar uang kost.
Sorenya aku telepon Joe lagi. Kujelaskan kondisiku sekarang, kelihatannya Joe mau membantuku lagi.
"Oke deh In, ntar aku cariin lagi kalau ada yang tertarik sama kamu ya...", janjinya.
Keesokan harinya pagi-pagi Joe menelponku,"Pagi Indah..."
"Pagi Joe, ada apa?"
"Aku punya pelanggan untuk kamu, kebetulan dia orang daerah yang sedang ada rapat di Jakarta. Dia sobat lamaku, yang bekerja di Kalimantan. Supaya teman-teman sekantornya tidak curiga, dia minta tolong dicarikan orang yang kelihatan sopan dan rapi agar bisa diakui sebagai keponakannya."
"Mengenai pembayarannya?"
"Dia sudah transfer ke aku, nanti aku transfer ke rekeningmu ya. Jumlahnya 2 juta."
Aku sempat bimbang, tetapi kebutuhanku sudah mendesak jadi aku tidak ada pilihan lain.
"Ok, jadi gimana ketemunya?"
Joe memberikan penjelasan. Aku harus membawa bungkusan seperti oleh-oleh yang akan dititipkan ibuku kepada orang itu. Aku harus menemuinya saat makan siang di sebuah hotel di kawasan kemayoran.
Aku segera bersiap, kali ini aku mengenakan blus pink dengan rok kembang-kembang tipis, dengan Jilbab pink. Wajahku kurias sesederhana mungkin tetapi tetap menarik dan ceria. Aku tidak ingin terlalu menyolok tetapi ingin memuaskan pelangganku juga. Sewaktu pergi aku tidak lupa membeli sekeranjang salak, untuk dititipkan.
Sesampainya di hotel tersebut, aku segera menemui resepsionis untuk menemui Rusdi.
"Siang Mas, saya ingin bertemu Pak Rusdi. Beliau dari Kalimantan yang sedang rapat disini"
"Sebentar ya Mbak, saya cek dulu...", kata resepsionis
Setelah ditelepon aku disuruh menunggu di Lobby. Tak berapa lama kemudian datang seorang lelaki, berumur sekitar 35 tahunan bersama beberapa orang lainnya. Kelihatannya mereka adalah rekan sekantor Rusdi.
"Halo Indah, apa kabar...", Rusdi berpura-pura menyambutku hangat
"Baik Om...", aku mencium tangan kemudian cipika-cipiki. Supaya tidak curiga, Joe menyarankan kami melakukan ini.
Setelah dikenalkan dengan teman-teman sekantor Rusdi, aku diberi kunci kamar dan disuruh menunggu disana.
"Oleh-olehnya disimpan di kamar aja ya, kamu tunggu disana sebentar, aku nanti menyusul. Ada titipan untuk ibumu", kata Rusdi.
Rupanya sandiwara kami berjalan baik, tak seorangpun teman-teman Rusdi curiga, termasuk 2 rekan wanitanya. Aku segera naik lift dan masuk ke dalam kamar.
Sesampainya di kamar, aku meletakkan bungkusan salak di pojok ruangan. Mataku menatap berkeliling. Rupanya Rusdi orangnya rapi dan apik. Kulihat tas kerjanya diletakkan rapi di meja di samping laptopnya. Sementara koran tadi pagi yang telah dibaca, dilipat rapi kembali. Aku menarik nafas dalam-dalam. Ini kali kedua aku harus menjadi pelacur...aku harus melayani orang yang bahkan belum pernah aku kenal sebelumnya...
Aku membuka celana dalamku, tetapi BH, rok, blus dan Jilbabku tetap kupakai. Aku mengoleskan jelly ke dalam vaginaku. Hal ini aku lakukan agar jika penis Rusdi masuk vaginaku, tidak terasa sakit.
Tak berapa lama kemudian Rusdi masuk kamar. Aku segera menyambutnya. Rupanya Rusdipun sudah tidak sabar lagi, kami segera berciuman dan berpagutan. Kubuka pakaian Rusdi dan kubawa ke tempat tidur. Kuciumi penisnya yang mulai tegang, sementara jemari Rusdi membelai paha dan pantatku.
"Indah, kamu begitu cantik dan manis... aku ingin merasakan diri dan dekapanmu...", pinta Rusdi.
Aku tidak menjawab, melainkan menyibakkan sedikit rokku, kemudian aku naik ke atas tubuh Rusdi. Aku arahkan penisnya menuju vaginaku dan tanpa menunggu lagi segera kugerakkan pinggulku...
"Oh, Indah....enak...enak sekali..."
Aku merasakan penisnya semakin menegang dalam vaginaku. Semakin cepat aku bergoyang, dan tak berapa lama kemudian Rusdi memintaku doggy style. Penisnya menusuk dari belakangku...tapi aku tidak merasakan kenikmatan sama sekali. Sepetinya ini hanya sekedar tugas tanpa menggunakan perasaanku.
Setelah itu Rusdi menaikiku. Aku hanya menaikkan rok depanku agar vaginaku terlihat dan bisa dimasuki penisnya. Rusdi menggerakkan pinggulnya penuh nafsu, aku kemudian melingkarkan kakiku ke badannya. Aku mencoba menikmati hubungan seks ini tetapi tidak bisa... di kepalaku hanya ada aku perlu bayar kost...
Tak berapa lama kemudian penis Rusdi mengeluarkan spermanya dalam vaginaku, croot...crooot...croooootttt.... Aku bisa merasakan cairan hangat mengalir dalam vaginaku. Rusdi memelukku erat dan menciumi bibirku dengan gemas.
"Terima kasih, Indah. Barusan enak sekali. Aku tidak pernah membayangkan bercinta dengan gadis berjilbab sepertimu dan melakukan hubungan seks dengan gadis yang masih mengenakan jilbab..."
"Sama-sama Om... Sini saya bersihin penisnya..."
Aku menjilati penis Rusdi, setelah itu kulap dengan tissue. Pada saat aku bangkit dan akan mengenakan celana dalamku Rusdi memegang tanganku.
"Jangan dulu, ada temanku yang ingin mencicipimu juga..."
"Tapi Om..."
"Aku tambah 1 juta lagi kalau kamu mau melayaninya juga"
Hati kecilku mengatakan tidak, tetapi rasionalku mengatakan aku perlu uang itu. Akhirnya aku menyetujui,"Ok Om, dimana kamarnya..."
"Dia sudah menunggu, aku suruh dia kesini...", Rusdi mengangkat telepon. Kemudian dia bergegas memakai pakaiannya.
Tidak sampai lima menit pintu diketuk, Rusdi membukakan pintu dan masuklah sepasang suami istri.
"Indah, ini Om Jafar dan istrinya Meity..."
Aku agak kaget, kenapa istrinya ikut? Bukankah aku harus melayani suaminya?
Kuperhatikan istrinya, orangnya mungil, tinggi sekitar 150 cm, kulit putih bersih, wajah cantik dan manis. Aku tak habis pikir, kenapa suaminya tidak puas dengan istrinya. Dia mengenakan kaus lengan panjang berwarna biru muda, dengan celana jeans dan juga jilbab biru muda.
"Ayo Ty, buka bajumu...", kata Jafar.
Meity nampaknya ragu, tetapi Jafar malah membuka retsleting celananya dan menarik sekaligus dengan celana dalamnya sampai ke mata kaki. Mety nanpak malu sekali dan berusaha menutupi vaginanya dengan kedua tangannya. Rupoanya vagina Meity dicukur bersih, tak tampak sehelaipun rambut kemaluannya.
"Sudah nggak usah malu-malu, anggap saja Rusdi ini aku..."
Meity kemudian ditelanjangi oleh Jafar. Dia kemudian mendorong Meity ke hadapan Rusdi. Rusdi kemudian mulai memeluk dan menciumi Meity.
Aku tidak sempat memperhatikan mereka selanjutnya, karena Jafar segera menghampiriku dan mulai mencumbuiku.
Aku tidak perlu berpanjang lebar, yang jelas kami melakukan apa yang disebut Swinger. Aku dengan jafar, sementara Meity istri Jafar dengan Rusdi. Aku sendiri seperti sedang menonton sebuah pertunjukan film BF. Hanya saja aku sebagai pemerannya sendiri.
Setelah masing-masing pasangan puas melakukannya, Jafar kemudian kembali menindih Meity. Rupanya Jafar ini seorang hiperseks, kelihatannya dia tidak puas sudah menggauliku. Dia tidak ragu-ragu menggauli istrinya di depan kami. Padahal sudah jelas kelihatan Meity sudah kepayahan melayani Rusdi sebelumnya.
Baru menjelang Maghrib aku bisa pulang. Uang 1 juta ditangan, ditambah transfer 2 jtua dari Joe mestinya cukup untuk membayar kost dan makan hampir 1 bulan.
Aku sekarang masih merenungkan apa yang sudah aku kerjakan. Aku menjadi seorang pelacur... apapun alasannya, sudah 2 kali ini aku melacurkan diriku. Dan apa artinya jilbab penutup kepalaku ini....
Aku bimbang...
Wednesday, June 2, 2010
Aku menjadi pelacur!!!
Andi sudah menjadi masa laluku. Aku tidak lagi menanggapi teleponnya, aku menganggap dia sudah tidak ada lagi di muka bumi ini. Aku benci dia...
Aku juga lagi punya masalah keuangan, Senin kemarin aku dititipi uang pembayaran kantorku. Sekalian makan siang, aku bawa uang dalam amplop itu. Entah bagai mana ceritanya, sewaktu sampai di Bank, amplop itu tidak ada. Aku panik, aku coba kembali ke restoran tempat aku makan ternyata juga tidak ada. Sepuluh Juta Rupiah!! Bukan jumlah yang sedikit buatku. Sementara tabunganku tidak sampai separuhnya...
Dalam situasi kalut, tiba-tiba Joe, telepon aku. Rupanya Andi memberikan nomer Hpku padanya. Dia mengajakku bertemu, aku sempat menolak, kujawab aku sedang pusing. Rupanya dia mencoba bersimpati padaku, dan bertanya apa masalahnya.
"Kenapa, Indah... ada yang bisa aku bantu?"
"Aku menghilangkan uang kantor...10 juta...aku bingung, karena musti mengganti segera..."
Joe terdiam sebentar, lalu berkata,"Aku coba bantu deh, kamu sore ini bisa ketemu aku?"
"Maksudmu?", aku jadi curiga.
"Begini, aku bisa bantu kamu tapi kalau segitu aku nggak bisa"
"Trus...?"
"Aku punya temen yang bisa bantu, tapi kamu juga harus bantu aku"
"Bantu gimana?"
"Pokoknya kita ketemu dulu deh nanti sore di lobby hotel ....", Joe menyebut sebuah hotel di kawasan Slipi.
"Ok, sampai nanti..."
Aku bingung, kalut dan takut, Mbak Netta memanggilku. Aku coba jelaskan semuanya, tetapi posisiku memang terpojok. Mbak Netta juga tidak bisa membantu, dan aku harus mengganti dalam tempo 1 minggu.
Sorenya aku datang menemui Joe. Dia sudah menungguku disana.
"Apa kabar Indah", Joe menyapaku ramah.
"Kurang menyenangkan Joe, aku lagi kalut nih...", jawabku.
"Ok, aku mengerti. Aku coba bantu kamu sekarang. Ini ada uang 5 juta dariku. Ambil saja", katanya sambil menyerahkan sebuah amplop.
"Joe, aku nggak bisa bayak kembali uang ini, kamu nanti gimana... Lagian masih kurang 5 juta..", jawabku pelan.
"Nah itulah yang mau aku bantu. Seperti yang aku bilang tadi aku punya temen yang bisa bantu... tapi kamu juga harus bantu aku"
"Bantu gimana... apa yang bisa aku lakukan?"
Joe sepertinya agak ragu dan diam sebentar, lalu dia berkata,"Begini Indah, aku bukan bermaksud menjerumuskan kamu seperti Andi. Kamu orangnya baik, cantik, putih. Dan apa yang aku lakukan kemarin terhadapmu karena aku belum kenal kamu. Aku pikir kamu sama saja seperti cewek-cewek panggilan yang lain"
"Andi memang jahat, brengsek!!!", makiku
"Iya, tapi aku harus bicara apa adanya In, temen aku ini pengen mendapatkan servis kamu, seperti yang sudah aku rasakan..."
"Maksudmu? Aku harus melayani dia di tempat tidur?"
"Aku tahu kamu gadis baik-baik, terbukti kamu juga berjilbab. Tapi kamu tau dong, tidak ada yang gratis di dunia ini. Ini yang bisa aku lakukan. Kalau kamu nggak setuju nggak apa-apa, tapi aku nggak bisa bantu lebih banyak lagi..."
Aku terdiam. Selama ini aku memang melakukan banyak hubungan seks dengan lelaki. Tetapi sebelum dengan Andi, aku melakukannya dengan sukarela, bukan karena uang. Andi yang menipuku, Andi yang menjerumuskanku...
"Gimana Indah, kamu setuju. Kalau kamu setuju aku telepon dia, dia ada di kamar .....", kata Joe sambil menyebut sebuah nomor.
Aku bimbang, takut, malu tapi aku perlu uang itu....
Aku memandang Joe, wajahnya tampak tulus. Matanya tajam menatapku, menunggu keputusanku...
"Baiklah Joe, aku tidak punya pilihan lain", akhirnya aku setuju.
"Ok, aku telepon dia ya"
Joe mengambil HPnya dan menelepon. Setelah itu dia mengajakku naik ke kamar yang dituju.
Sesampainya di depan kamar, Joe mengatakan,"Indah, dia bisa bayar sisanya, 5 juta lagi. Aku cuma mengantar sampai disini. Tapi pesanku, baik-baiklah dengan dia, ini pertama kalinya dia melakukan hal ini. Puaskanlah dia...", lalu Joe meninggalkanku.
Aku sendiri termanggu di depan pintu. Kulihat Joe telah menghilang dalam lift. Sebenarnya dia baik, hanya Andi yang memanfaatkannya untuk mendapatkan uang dengan menjual diriku. Tapi saat ini...ini pilihanku sendiri. Bukan karena Joe... dia tidak memaksaku... ini pilihanku.
Aku coba menarik napas panjang dan memantapkan hati, kupencet bel kamar. Tak berapa lama pintu terbuka, kulihat seorang lelaki berumur sekitar 40 tahunan mengenakan baju batik. Wajahnya cukup tampan, tidak terlalu gemuk ataupun kurus.
"Selamat malam, saya Indah", kataku memperkenalkan diri.
"Malam juga, saya Anton. Silakan masuk"
Aku masuk kedalam kamarnya. Kulihat sekeliling, tampak sebuah laptop di meja. Sebuah koper kecil ada di pojok kamar.
"Maaf kalau saya tidak ada persiapan", kata Anton. "Mbak Indah mau minum apa?", katanya sambil membuka lemari es.
"Air putih saja..."
Anton mengambil botol Aqua dan sebuah gelas, dan meletakkannya di meja.
"Tadinya saya tidak percaya waktu membuka pintu. Mbak Indah, pakai Jilbab... apa betul Mbak Indah mau...", Anton tidak melanjutkan kalimatnya.
"Sebenarnya nggak, tapi saya tidak punya pilihan. Saya harus mengganti uang kantor saya..."
"Iya, Joe udah cerita sama saya. Sorry kalau saya agak gugup. terus terang ini pengalaman pertama saya", kata Anton lagi.
Aku tidak menjawab, kumantapkan hatiku. Lalu aku bangkit berdiri, memegang tangan Anton dan mengajaknya ke tempat tidur. Aku mulai mendekatkan wajahku ke wajahnya. Pelan-pelan kucium bibirnya, Anton membalas dengan lembut.
Dan setelah itu terjadilah semuanya. Aku membuka pakaian Anton dan menciumi tubuhnya. Penisnya mulai tegang...ku jilati dengan gemas...
Kemudian aku tidak membuka kerudung maupun bajuku, kuangkat rok dan kuturunkan celana dalamku. Kuraih tangannya memegang vaginaku yang mulai basah. Lalu dia berbaring teletang. Aku duduk di atasnya, pelan-pelan penisnya kumasukkan dalam vaginaku. Aku gerakkan pinggulku, ke depan ke belakang. Anton mulai meringis nikmat.
Kami melakukan berbagai variasi posisi, termasuk Anton mencoba memasukkan penisnya ke Anusku. "Boleh anal ya In, istriku nggak pernah mau", pinta Anton.
Aku mengangguk, penis Anton bergantian masuk anus dan vaginaku. Sebenarnya aku agak jijik, membayangkan penis yang belepotan tai masuk vaginaku tapi aku mencoba memuaskan Anton.
Akhirnya Anton mengeluarkan spermanya dalam vaginaku. Croot...crooot...crooooot... Anton memeluk dan mencium bibirku dengan penuh nafsu, Aku kali ini tidak merasakan kepuasan apa-apa. Yang terpenting aku dapat uang...itu yang ada dalam pikiranku. Dihadapan Anton pun aku belum telanjang, hanya mengangkat rok dan membuka celana dalamku. Jadi Jilbab dan bajuku masih lengkap.
Ya Tuhan...Maafkan diriku... Cukup sekali ini aku melakukan ini karena uang...
Anton memelukku dan tertidur. Aku tidak bisa memejamkan mataku sama sekali. Sekitar 1 jam Anton tertidur pulas.
Setelah bangun Anton, membuka tasnya dan memberikan setumpuk uang. Aku tidak lagi menghitung, segera saja kumasukkan dalam tas.
Setelah itu, aku baru membuka semua bajuku. Aku mandi sebentar, kemudian mau berpakaian. Namun rupanya Anton masih belum puas, melihatku telanjang penisnya membesar lagi. Diajaknya lagi aku ke tempat tidur. Aku harus melayaninya sekali lagi sebelum pulang... Sekali lagi biarpun vaginaku basah, tetapi aku tidak merasakan kenikmatan apa-apa... Jadi begini rasanya seorang pelacur melayani tamunya... Tidak menikmati... Hanya untuk bertahan hidup...
Sesampainya di kost aku sholat minta ampun. Cukup sekali ini aku menjadi pelacur... cukup sekali ini saja....
Aku juga lagi punya masalah keuangan, Senin kemarin aku dititipi uang pembayaran kantorku. Sekalian makan siang, aku bawa uang dalam amplop itu. Entah bagai mana ceritanya, sewaktu sampai di Bank, amplop itu tidak ada. Aku panik, aku coba kembali ke restoran tempat aku makan ternyata juga tidak ada. Sepuluh Juta Rupiah!! Bukan jumlah yang sedikit buatku. Sementara tabunganku tidak sampai separuhnya...
Dalam situasi kalut, tiba-tiba Joe, telepon aku. Rupanya Andi memberikan nomer Hpku padanya. Dia mengajakku bertemu, aku sempat menolak, kujawab aku sedang pusing. Rupanya dia mencoba bersimpati padaku, dan bertanya apa masalahnya.
"Kenapa, Indah... ada yang bisa aku bantu?"
"Aku menghilangkan uang kantor...10 juta...aku bingung, karena musti mengganti segera..."
Joe terdiam sebentar, lalu berkata,"Aku coba bantu deh, kamu sore ini bisa ketemu aku?"
"Maksudmu?", aku jadi curiga.
"Begini, aku bisa bantu kamu tapi kalau segitu aku nggak bisa"
"Trus...?"
"Aku punya temen yang bisa bantu, tapi kamu juga harus bantu aku"
"Bantu gimana?"
"Pokoknya kita ketemu dulu deh nanti sore di lobby hotel ....", Joe menyebut sebuah hotel di kawasan Slipi.
"Ok, sampai nanti..."
Aku bingung, kalut dan takut, Mbak Netta memanggilku. Aku coba jelaskan semuanya, tetapi posisiku memang terpojok. Mbak Netta juga tidak bisa membantu, dan aku harus mengganti dalam tempo 1 minggu.
Sorenya aku datang menemui Joe. Dia sudah menungguku disana.
"Apa kabar Indah", Joe menyapaku ramah.
"Kurang menyenangkan Joe, aku lagi kalut nih...", jawabku.
"Ok, aku mengerti. Aku coba bantu kamu sekarang. Ini ada uang 5 juta dariku. Ambil saja", katanya sambil menyerahkan sebuah amplop.
"Joe, aku nggak bisa bayak kembali uang ini, kamu nanti gimana... Lagian masih kurang 5 juta..", jawabku pelan.
"Nah itulah yang mau aku bantu. Seperti yang aku bilang tadi aku punya temen yang bisa bantu... tapi kamu juga harus bantu aku"
"Bantu gimana... apa yang bisa aku lakukan?"
Joe sepertinya agak ragu dan diam sebentar, lalu dia berkata,"Begini Indah, aku bukan bermaksud menjerumuskan kamu seperti Andi. Kamu orangnya baik, cantik, putih. Dan apa yang aku lakukan kemarin terhadapmu karena aku belum kenal kamu. Aku pikir kamu sama saja seperti cewek-cewek panggilan yang lain"
"Andi memang jahat, brengsek!!!", makiku
"Iya, tapi aku harus bicara apa adanya In, temen aku ini pengen mendapatkan servis kamu, seperti yang sudah aku rasakan..."
"Maksudmu? Aku harus melayani dia di tempat tidur?"
"Aku tahu kamu gadis baik-baik, terbukti kamu juga berjilbab. Tapi kamu tau dong, tidak ada yang gratis di dunia ini. Ini yang bisa aku lakukan. Kalau kamu nggak setuju nggak apa-apa, tapi aku nggak bisa bantu lebih banyak lagi..."
Aku terdiam. Selama ini aku memang melakukan banyak hubungan seks dengan lelaki. Tetapi sebelum dengan Andi, aku melakukannya dengan sukarela, bukan karena uang. Andi yang menipuku, Andi yang menjerumuskanku...
"Gimana Indah, kamu setuju. Kalau kamu setuju aku telepon dia, dia ada di kamar .....", kata Joe sambil menyebut sebuah nomor.
Aku bimbang, takut, malu tapi aku perlu uang itu....
Aku memandang Joe, wajahnya tampak tulus. Matanya tajam menatapku, menunggu keputusanku...
"Baiklah Joe, aku tidak punya pilihan lain", akhirnya aku setuju.
"Ok, aku telepon dia ya"
Joe mengambil HPnya dan menelepon. Setelah itu dia mengajakku naik ke kamar yang dituju.
Sesampainya di depan kamar, Joe mengatakan,"Indah, dia bisa bayar sisanya, 5 juta lagi. Aku cuma mengantar sampai disini. Tapi pesanku, baik-baiklah dengan dia, ini pertama kalinya dia melakukan hal ini. Puaskanlah dia...", lalu Joe meninggalkanku.
Aku sendiri termanggu di depan pintu. Kulihat Joe telah menghilang dalam lift. Sebenarnya dia baik, hanya Andi yang memanfaatkannya untuk mendapatkan uang dengan menjual diriku. Tapi saat ini...ini pilihanku sendiri. Bukan karena Joe... dia tidak memaksaku... ini pilihanku.
Aku coba menarik napas panjang dan memantapkan hati, kupencet bel kamar. Tak berapa lama pintu terbuka, kulihat seorang lelaki berumur sekitar 40 tahunan mengenakan baju batik. Wajahnya cukup tampan, tidak terlalu gemuk ataupun kurus.
"Selamat malam, saya Indah", kataku memperkenalkan diri.
"Malam juga, saya Anton. Silakan masuk"
Aku masuk kedalam kamarnya. Kulihat sekeliling, tampak sebuah laptop di meja. Sebuah koper kecil ada di pojok kamar.
"Maaf kalau saya tidak ada persiapan", kata Anton. "Mbak Indah mau minum apa?", katanya sambil membuka lemari es.
"Air putih saja..."
Anton mengambil botol Aqua dan sebuah gelas, dan meletakkannya di meja.
"Tadinya saya tidak percaya waktu membuka pintu. Mbak Indah, pakai Jilbab... apa betul Mbak Indah mau...", Anton tidak melanjutkan kalimatnya.
"Sebenarnya nggak, tapi saya tidak punya pilihan. Saya harus mengganti uang kantor saya..."
"Iya, Joe udah cerita sama saya. Sorry kalau saya agak gugup. terus terang ini pengalaman pertama saya", kata Anton lagi.
Aku tidak menjawab, kumantapkan hatiku. Lalu aku bangkit berdiri, memegang tangan Anton dan mengajaknya ke tempat tidur. Aku mulai mendekatkan wajahku ke wajahnya. Pelan-pelan kucium bibirnya, Anton membalas dengan lembut.
Dan setelah itu terjadilah semuanya. Aku membuka pakaian Anton dan menciumi tubuhnya. Penisnya mulai tegang...ku jilati dengan gemas...
Kemudian aku tidak membuka kerudung maupun bajuku, kuangkat rok dan kuturunkan celana dalamku. Kuraih tangannya memegang vaginaku yang mulai basah. Lalu dia berbaring teletang. Aku duduk di atasnya, pelan-pelan penisnya kumasukkan dalam vaginaku. Aku gerakkan pinggulku, ke depan ke belakang. Anton mulai meringis nikmat.
Kami melakukan berbagai variasi posisi, termasuk Anton mencoba memasukkan penisnya ke Anusku. "Boleh anal ya In, istriku nggak pernah mau", pinta Anton.
Aku mengangguk, penis Anton bergantian masuk anus dan vaginaku. Sebenarnya aku agak jijik, membayangkan penis yang belepotan tai masuk vaginaku tapi aku mencoba memuaskan Anton.
Akhirnya Anton mengeluarkan spermanya dalam vaginaku. Croot...crooot...crooooot... Anton memeluk dan mencium bibirku dengan penuh nafsu, Aku kali ini tidak merasakan kepuasan apa-apa. Yang terpenting aku dapat uang...itu yang ada dalam pikiranku. Dihadapan Anton pun aku belum telanjang, hanya mengangkat rok dan membuka celana dalamku. Jadi Jilbab dan bajuku masih lengkap.
Ya Tuhan...Maafkan diriku... Cukup sekali ini aku melakukan ini karena uang...
Anton memelukku dan tertidur. Aku tidak bisa memejamkan mataku sama sekali. Sekitar 1 jam Anton tertidur pulas.
Setelah bangun Anton, membuka tasnya dan memberikan setumpuk uang. Aku tidak lagi menghitung, segera saja kumasukkan dalam tas.
Setelah itu, aku baru membuka semua bajuku. Aku mandi sebentar, kemudian mau berpakaian. Namun rupanya Anton masih belum puas, melihatku telanjang penisnya membesar lagi. Diajaknya lagi aku ke tempat tidur. Aku harus melayaninya sekali lagi sebelum pulang... Sekali lagi biarpun vaginaku basah, tetapi aku tidak merasakan kenikmatan apa-apa... Jadi begini rasanya seorang pelacur melayani tamunya... Tidak menikmati... Hanya untuk bertahan hidup...
Sesampainya di kost aku sholat minta ampun. Cukup sekali ini aku menjadi pelacur... cukup sekali ini saja....
Subscribe to:
Posts (Atom)